TURUT BERDUKA CITA ATAS TEWASNYA MANTAN PERDANA MENTERI PAKISTAN BENAZIR BHUTTO AKIBAT TEMBAKAN DAN SERANGAN BOM BUNUH DIRI DI RAWALPINDI PADA 27 DES 2007. BENAZIR BHUTTO ADALAH SIMBOL MODERNITAS DAN DEMOKRASI DI PAKISTAN. KAMI RAKYAT INDONESIA MENGUTUK KERAS AKSI TEROR TERSEBUT.

Partai UMNO rasis dan korup

MEMOAR LEE MENYULUT KEMARAHAN MALAYSIA
Sumber: Kompas - Sabtu, 19 Sep 1998 Halaman: 16

Untuk ukuran Melayu, memoar mantan PM Singapura dan Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew, The Singapore Story: Memoirs of Lee Kuan Yew, barangkali terlalu terus terang. Di dalamnya tidak hanya memaparkan pengalaman masa mudanya, ketika ia belajar di Cambridge, terjun dalam politik sampai rincian soal-soal yang berkaitan dengan pemisahan Singapura-Malaysia.

Pada memoarnya yang menyangkut pengalamannya dengan Malaysia tahun 1963-1965 inilah yang membangkitkan kembali luka-luka lama. Banyak keturunan aktor-aktor politik Malaysia yang ditulis Lee itu masih hidup. Tidak mengherankan, gaya penulisannya yang blak-blakan itu menyulut lagi kemarahan para pemimpin Malaysia. Tidak kurang dari PM Malaysia Mahathir sejak awal pekan ini berkomentar, "Rakyat (Malaysia) tidak senang (dengan penerbitan buku itu)".

Lee menyebutkan tahun 1960-an partai berkuasa di Malaysia, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dilanda korupsi tingkat tinggi. Selain itu, Lee melukiskan Bapak Pendiri Malaysia Tunku Abdul Rahman secara tidak mengenakkan Malaysia.


Menurut Lee, UMNO menjadi pemicu kerusuhan rasial berdarah antara etnis Cina dan Melayu di Singapura tahun 1964. Kerusuhan terjadi ketika Lee dan kawan-kawannya sedang berusaha mengakhiri dominasi puak Melayu di arena politik Malaysia.

Sebagai kekuatan oposisi, Lee dan kawan-kawan menghendaki terbentuknya sebuah partai multirasial di Malaysia yang bisa mewakili kepentingan etnis Cina, India, Melayu, dan kelompok minoritas lainnya. "Penolakan terhadap hegemoni (puak) Melayu menjadi akar kerusuhan," tulis Lee dalam bukunya yang hari Jumat (18/9) dilaporkan 35.000 buku edisi pertama habis terjual dalam tempo dua jam.

Lee menjelaskan, untuk menekan pemerintahan aliansi di Kuala Lumpur, dia membentuk Dewan Koalisi hasil Konvensi Solidaritas Warga Malaysia yang beranggotakan para pemimpin negara bagian Singapura, Sabah, Sarawak, Penang, Perak, Selangor, dan Negeri Sembilan. Kelompoknya menghendaki istilah resmi a Malaysian Malaysia, bukan Malay Malaysia. Perjuangan Dewan Koalisi gagal setelah pimpinan dan pendiri UMNO, mendiang Tunku Abdul Rahman, mendominasi panggung politik Malaysia.


***

TAHUN 1965 Tunku Abdul Rahman mengadakan pembicaraan dengan Lee dan menegaskan, Singapura harus berpisah dari Malaysia. Menurut Lee, dalam pertemuan tersebut Abdul Rahman mengingatkan, Singapura tak bisa lagi diterima sebagai bagian dari Malaysia. Kerusuhan akan makin memburuk bila Singapura tak dipisahkan dari Malaysia.

"Saya sedih sekali karena sebelumnya saya selalu yakin, kedua wilayah akan selalu bersatu. Selama 20 menit saya menjadi emosional sekali," tulis Lee. Setelah kerusuhan rasial berlangsung tahun 1963-1965, tanggal 9 Agustus 1965, Singapura memproklamirkan diri sebagai negara sendiri.

Memoar Lee yang diluncurkan pertama kali Rabu lalu bersamaan dengan hari jadi Lee ke-75 itu, menimbulkan reaksi keras para pemimpin Malaysia. Meski dibantah keras berkaitan dengan penerbitan memoar Lee, Malaysia secara sepihak Kamis lalu menutup wilayah udaranya untuk penerbangan militer Singapura.

Mahathir mengatakan, pernyataan-pernyataan Lee sudah seringkali membuat hubungan baik Singapura-Malaysia yang seharusnya mudah, menjadi sulit. "Sudah sepantasnya para pemimpin (Malaysia) menghormati keinginan rakyatnya. Meski barangkali para pemimpin menghendaki hubungan baik (dengan Singapura), tapi kalau rakyat tidak?," tanyanya.

Ketika didesak apakah pemerintah Malaysia akan mengizinkan peredaran buku Lee di negerinya, Mahathir mengatakan: "Malaysia itu negara yang bebas, tapi ingat, memoar itu bisa membangkitkan kemarahan rakyat. Akan membuat rakyat sangat marah". (AFP/IHT/Rtr/win)

Tidak ada komentar:



VISIT INDONESIA 2008
celebrating 100 years of nation's awakening