TURUT BERDUKA CITA ATAS TEWASNYA MANTAN PERDANA MENTERI PAKISTAN BENAZIR BHUTTO AKIBAT TEMBAKAN DAN SERANGAN BOM BUNUH DIRI DI RAWALPINDI PADA 27 DES 2007. BENAZIR BHUTTO ADALAH SIMBOL MODERNITAS DAN DEMOKRASI DI PAKISTAN. KAMI RAKYAT INDONESIA MENGUTUK KERAS AKSI TEROR TERSEBUT.

Lagi, Korban Internal Security Act

Di Malaysia, dengan Internal Security Act (ISA), seseorang bisa ditahan dalam jangka waktu tidak terbatas tanpa pengadilan.
Sumber: Kompas, Jumat, 14 Desember 2007



Malaysia Gunakan ISA
Lima Aktivis Etnis India Akhirnya Ditangkap

Kuala Lumpur, Kamis - Otoritas Malaysia, Kamis (13/12), menangkap lima pengacara etnis India dari kelompok Kekuatan Aksi Hak-hak Hindu. Penangkapan didasarkan pada Undang-Undang Keamanan Internal atau ISA. Dengan ISA, seseorang bisa ditahan dalam jangka waktu tidak terbatas tanpa pengadilan.

Seorang anggota Kekuatan Aksi Hak-hak Hindu (Hindraf), S Jayathas, mengatakan bahwa lima aktivis Hindraf, yaitu P Uthayakumar, M Manoharan, R Kenghadharan, V Ganabatirau, dan T Vasanthakumar, ditangkap tanpa surat perintah penangkapan, tetapi sah di bawah ISA. Kelima orang itu adalah organisator protes 8.000 etnis India di Malaysia, 25 November.

Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi sebelumnya menyatakan tidak akan ragu-ragu menggunakan ISA untuk menjamin stabilitas nasional. Penggunaan ISA kemarin merupakan yang pertama kali sejak 2001 saat enam anggota oposisi ditangkap semasa pemerintahan PM Mahathir Mohammad menyusul penahanan Wakil PM Anwar Ibrahim.

Sejarah konflik antar-etnis di Malaysia menyebabkan protes warga etnis India, meskipun damai, menimbulkan ketakutan mendalam di kalangan pemerintah dan rakyat biasa.

Tahun 2001, lima orang tewas dan 37 orang cedera dalam kerusuhan antara etnis Melayu dan India setelah seorang warga etnis India menendang kursi di sebuah acara perkawinan warga etnis Melayu. Tahun 1969 pernah juga terjadi kerusuhan antara etnis Melayu dan China yang menyebabkan ratusan orang tewas.

Sebuah sumber di Unit Khusus, Intelijen Kepolisian, mengatakan, protes Hindraf dan tudingan pembersihan etnis oleh pemerintahan yang didominasi etnis Melayu memicu kemarahan warga etnis Melayu. "Ini adalah negara multiras dan hanya perlu hal kecil untuk merusak keseimbangannya," ujar sumber yang menolak disebutkan namanya.

Kelompok oposisi menuding pemerintah menggunakan alasan kekerasan rasial untuk meredam protes damai. Polisi dianggap memberlakukan larangan atas semua bentuk protes antipemerintah tanpa memedulikan isu yang dipersoalkan.

"Kami mengecam penangkapan. Ini hanyalah usaha yang sia-sia. Jika pemerintah memiliki buktinya, seharusnya pemerintah mendakwa mereka di pengadilan terbuka," kata Lim Guan Eng, Ketua Partai Aksi Demokratik (kubu oposisi). "Kami mendesak pemerintah untuk melakukan rekonsiliasi nasional, bukan konfrontasi dengan warga Malaysia yang terpinggirkan dan terbuang," ujarnya.

Syed Ibrahim Syed Noh, aktivis HAM Malaysia, mengkritik penangkapan itu. "Anda tak pernah bisa membenarkan ISA. Kami khawatir terhadap nasib mereka yang ditangkap karena begitu banyak laporan penyiksaan oleh polisi dalam kasus ISA," katanya.

Kemunduran

Penangkapan lima aktivis Hindraf tidak menyurutkan semangat warga etnis India. "Perjuangan ini akan terus maju. Kami memiliki banyak pemimpin dan kami tidak akan mundur untuk membela hak-hak warga etnis India," kata Jayathas.

Dengan menggunakan ISA untuk menangkap para aktivis yang terlibat protes, Malaysia dinilai mengalami kemunduran. "Penggunaan ISA sama sekali tidak bisa dibenarkan. Penahanan tanpa pengadilan adalah kemunduran menuju hari gelap hak asasi manusia dan akan menghancurkan citra dan reputasi internasional Malaysia," kata Lim Kit Siang, salah seorang pemimpin oposisi.

Di bawah ISA, Pemerintah Malaysia juga menahan lebih dari 100 orang, termasuk 80 orang yang diduga anggota kelompok Islam garis keras pada tahun 2001 dan 2002. Kelompok HAM terus berkampanye agar ISA dihapuskan. (ap/afp/reuters/fro)

Tidak ada komentar:



VISIT INDONESIA 2008
celebrating 100 years of nation's awakening