TURUT BERDUKA CITA ATAS TEWASNYA MANTAN PERDANA MENTERI PAKISTAN BENAZIR BHUTTO AKIBAT TEMBAKAN DAN SERANGAN BOM BUNUH DIRI DI RAWALPINDI PADA 27 DES 2007. BENAZIR BHUTTO ADALAH SIMBOL MODERNITAS DAN DEMOKRASI DI PAKISTAN. KAMI RAKYAT INDONESIA MENGUTUK KERAS AKSI TEROR TERSEBUT.

Malaysia Rasis

Malaysia Rasis
Sumber: Time, Kompas, Koran Tempo, Desember 2007


Dakwaan Bermotif Rasial
Protes Antidiskriminasi di Malaysia Terinspirasi Biksu di Myanmar



Kuala lumpur, Rabu - Jumlah warga etnis India yang didakwa percobaan pembunuhan kini menjadi 31 orang.

Jaksa penuntut menuduh 31 orang itu menyerang seorang polisi, Dadi Abdul Rani, saat demonstrasi antidiskriminasi di dekat sebuah kuil Hindu di Batu Caves, 25 November lalu. Mereka juga dituduh merusak properti publik dan berkumpul secara ilegal. Beberapa orang lain dituduh melakukan kerusuhan.

Jika terbukti, para terdakwa bisa dijatuhi hukuman penjara hingga 20 tahun. Pengadilan akan memutuskan apakah dakwaan itu bisa dicabut atau apakah para terdakwa bisa dibebaskan dengan jaminan.

VK Ganesan, pengacara pembela warga etnis India, mengecam dakwaan tersebut dan menyebutnya pelanggaran terhadap hak konstitusional untuk berkumpul dan beribadah. "Ini pertama kalinya dalam sejarah Malaysia bahwa sebuah perkumpulan didakwa percobaan pembunuhan," katanya.

Di hadapan sidang, Ganesan mengatakan, para terdakwa tidak mengenal polisi yang terluka itu secara pribadi sehingga tidak mungkin berniat membunuhnya. "Justru seharusnya polisi yang didakwa percobaan pembunuhan. Ini dakwaan balas dendam. (Dakwaan) ini bermotif rasial dan politis atas etnis India," kata Ganesan.

Ganesan menambahkan, waktu itu, sekitar 500 polisi dikerahkan ke area sekitar pintu gerbang kuil dan menyemprotkan air dan gas air mata ke arah kerumunan orang. Dia menduga polisi masuk ke kuil dan memukuli orang-orang yang tengah beribadah.

Sekitar 3.000 warga etnis India berkumpul di kuil Hindu di Batu Caves menjelang demonstrasi antidiskriminasi. Polisi membubarkan mereka dengan semprotan air dan gas air mata. Polisi juga menangkap 69 orang, meskipun 43 orang kemudian dibebaskan dengan peringatan.

R Sativel, salah satu terdakwa, menuturkan, saat itu dia sedang lewat di dekat kuil dan ingin tahu apa yang terjadi. "Saya hanya lewat di dekat kuil dan meletakkan sepeda saya untuk melihat apa yang terjadi. Saat kembali ke tempat parkir sepeda, saya ditangkap polisi. Bagaimana mungkin mereka mendakwa saya dengan percobaan pembunuhan?" katanya.

Warga etnis India menganggap dakwaan itu tidak adil dan diskriminatif. Mereka juga mengungkapkan kemarahan atas dakwaan pengadilan.

Namun, jaksa penuntut Yusof Zainal Abiden mengatakan, warga etnis India berada di kuil itu untuk berdemonstrasi, bukan beribadah. "Mereka berada di sana untuk demonstrasi. (Dakwaan) ini tidak ada hubungannya dengan dakwaan selektif," ujarnya.

Terinspirasi biksu
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, pengacara P Uthayakumar menyatakan kekhawatiran bahwa dia akan dipenjarakan selama bertahun-tahun tanpa proses pengadilan. Namun, dia menyatakan akan meneruskan perjuangan untuk memenangi kasusnya.

"Ada ketakutan. Perdana Menteri (Abdullah Ahmad Badawi) telah memperingatkan kami bahwa dia akan menggunakan ISA (UU Keamanan Internal) terhadap kami," katanya.

"Kami mengatakan bahwa kami menyuarakan kebenaran. Jika Anda (Pemerintah Malaysia) menggunakan ISA terhadap kami, Anda menindas kami," ujar Uthayakumar. Dia mengungkapkan, aksi demonstrasi menggugat diskriminasi terhadap etnis India di Malaysia yang dimotorinya terinspirasi demonstrasi oleh para biksu di Myanmar menentang junta militer, September lalu.

Bersama sejumlah rekan pengacara, Uthayakumar membentuk organisasi Hindraf yang memberikan pembelaan kepada warga etnis India yang miskin. (ap/afp/reuters/fro)

Tidak ada komentar:



VISIT INDONESIA 2008
celebrating 100 years of nation's awakening